Semenjak menginjakan kaki di universitas, atmosfer dunia seakan terasa berbeda. Kuliah merupakan hal baru bagi gue dan pikiran gue. Pendidikan didunia perkuliahan yang cenderung menuntut pada mahasiswa baru belajar secara mandiri dan terarah. Meskipun awalnya sulit tetapi perlahan tapi pasti, semua berubah menjadi terbiasa. Semua adaptasi dari porsi sebagai siswa menjadi mahasiswa memberikan gambaran betapa dunia perkuliahan sangat berbeda. Terlebih pada jenjang perkuliahan tepatnya strata satu, seorang mahasiswa akan dikenakan fase tugas akhir/ skripsi. Sebutan dan prosedurnya pun berbeda antara satu universitas dengan universitas lainnya. Berbeda dengan sekolah yang diakhiri dengan sebuah ujian nasional, perkuliahan mengharuskan mahasiswa lolos dalam sidang skripsi yang banyak dikenal mencekam.
Layaknya menentukan hidup dan matinya seseorang dalam dunianya. Skripsi banyak dikenal menjadi momok yang menakutkan, dan bahkan menjadi batu sandungan bagi kebanyakan mahasiswa. Dan gue pun setuju, tetapi fase ini lah yang membedakan mana siswa dan mahasiswa. Mahasiswa pada fase ini dianggap telah mampu atas semua teori yang telah diambil selama perkuliahan. Alhasil diakhir kuliah, seorang mahasiswa dihadapkan kepada suatu permasalahan sesungguhnya, dan ditantang untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan apa yang telah dipahaminya dan dimilikinya. Namun, pada proses pengerjaan skripsi ada banyak hal yang menjadi kesulitan atau rintangan. Kesulitan ini sendiri bisa datang dari internal maupun eksternal pada diri mahasiswa. Kecenderungan proses pembelajaran yang selalu teoritis, membuat mahasiswa seakan lupa pada praktikal. Banyak pendapat mengatakan tidak selalu teori sesuai dengan prakteknya. Dan mungkin iya, sehingga akan terjadi sedikit ketimpangan bagi seorang mahasiswa saat mengerjakan skripsi.
Hal pertama yaitu, rempat riset. Hal ini menjadi satu dari beberapa kesulitan ataupun batu sandungan bagi seseorang yang sedang mengerjakan skripsi. Kenapa? pada dasarnya tempat riset bisa jadi sebagai sumber data pada skripsi maupun sebagai tempat implementasi solusi yang diberikan pada topik yang diangkat dalam skiripsi. Tetapi pada kenyataannya mencari permasalahan pada sebuah intansi/lembaga bukan lah perkara mudah, kalaupun ada belum tentu permasalahan yang dihadapi suatu instansi sesuai dengan topik yang akan kita angkat. Dan tidak tentu apakah suatu instansi bersedia menjadi bahan riset untuk skripsi. Hal tersebut wajar dan sangat normal, suatu instansi berhak untuk menjaga data pribadi mereka, dan bisa jadi suatu instansi tidak bersedia karena lingkup mereka masih kecil dan belum diperlukan solusi yang ditawarkan. Sehingga ini menjadi poin bagi seorang bagi mahasiswa tingkat akhir, perlu dipertimbangkan ketika ingin merencakanan skripsi dimana akan melakukan riset yang sesuai dengan topik skripsi. Sebenarnya ada instansi/lembaga yang dipastikan dapat menjadi objek penelitian, yaitu instansi/lembaga pemerintah. Namun proses pengurusan perizinan sekaligus pengajuannya yang menjadi repot. Seorang yang akan melakukan riset di lembaga pemerintah, harus melalui lembaga/ instansi pemerintah juga yang dalam hal ini urusannya birokrasi. Birokrasi yang dilakukan akan melalui banyak tahap dan menghabiskan banyak waktu, karena mengurusnya tidak hanya pada satu lembaga pemerintah melainkan lebih dari satu dan bahkan lebih, tergantung juga pada jenjang apa si mahasiswa melakukan riset. Namun meski begitu, jika memang sudah memiliki perencanaan kuat, lanjutkan lah riset tersebut, tetapi jika memang waktu yang dimiliki tidak banyak, ada baiknya lakukanlah riset diluar itu.
Hal kedua yaitu topik, ada kaitannya topik dengan riset akan dilakukan dimana. Ada beberapa jenis mahasiswa dalam memilih topik. Ada yang topiknya berdasarkan apa yang dibutuhkan dari tempat riset. Ada juga yang menentukan topik sesuai dengan kemampuan personalnya, barulah mencari tempat yang sesuai untuk melakukan riset. Tapi menentukan topik pun tidak semudah itu juga. Sebuah topik akan dinilai, dan akan dianggap apakah dapat digunakan ataukah butuh penyempurnaan, semua itu butuh pertimbangan dari dosen pembimbing juga. Dimana dosen pembimbing ini juga yang akan mengawasi selama proses pengerjaan skripsi. Tetapi semua itu akan lebih mudah, apabila topik yang diambil merupakan topik yang memiliki banyak referensi. Kenapa? karena pada saat penulisan laporan skripsi akan memudahkan karena banyak referensi sehingga dapat menjadi pembanding dari setiap referensi yang dimiliki.
Hal ketiga yaitu dosem pembimbing. Dosen pembimbing dalam skripsi merupakan orang yang paling berpengaruh. Masukan dan sarannya menjadi acuan juga dalam pengerjaan skripsi. Namun, seorang dosen pembimbing dapat menjadi batu ganjalan bagi seorang mahasiswa. Tetapi hal ini hanya terjadi apabila seorang mahasiswa tidak memiliki hubungan yang baik terhadap dosen pembimbingnya. Kenapa? karena kita tidak pernah tau bagaimana kehidupan setiap orang, termasuk dosen pembimbing. Akan menjadi sulit apabila mendapatkan dosen pembimbing yang sedikit memiliki waktu luang. Seorang mahasiswa tingkat akhir akan selalu mendapatkan kebingungan atau kendala dalam pengerjaan skripsi, disini peran dosen pembimbing lah jawabannya. Dosbing merupakan sahabat bagi mahasiswa tingkat akhir. Dan seorang sahabatlah yang paling dibutuhkan ketika seseorang mendapatkan kebingungan atau menghadapi masalah, tetapi ketika seorang sahabat tidak dapat hadir disamping kita pada momen itu, ya tentu taulah apa rasanya. Kurang lebih seperti itulah analoginya. Dalam dunia perkuliahan, ingat juga "mahasiswa lah yang mengejar dosen". Tentu hal tersebut bukan lah karena kearoganan seorang dosen. Tetapi karena perkuliahan memang dunia yang berbeda. Porsi dosen bukan seperti guru yang mencari-cari muridnya. Dunia perkuliahan mengajarkan seorang mahasiswa untuk proaktif dan memiliki rasa ingin tahu yang kuat. Dosbing juga sangat bisa memudahkan dalam pengerjaan skripsi, apabila dosbing memiliki ilmu pengetahuan yang luas, dalam artian beliau juga paham hal-hal diluar keahlian bidangnya, karena setiap masalah baru akan muncul dalam setiap topik mahasiswa yang juga berkembang.
Ketiga hal yang telah gue jabarkan merupakan opini gue pribadi dari sudut pandang mahasiswa tingkat akhir. Hal-hal tersebut tidak semuanya gue alami, melainkan lebih banyak dari curahan hati teman seperjuangan yang juga sedang mengerjakan skripsi. Tentunya hal tersebut tidak dapat dijadikan acuan pasti pada pengerjaan skripsi, karena setiap skripsi akan mendapatkan permasalahannya masing-masing dan tidak selalu sama. Dari sekian banyak opini, tetap ada fakta yang bisa gue berikan. Faktanya yaitu, setiap pengerjaan skripsi akan mendapatkan kegalauan, kebingungan dan kendala. Menyelesaikan hal-hal dalam skripsi tidak hanya dengan studi pustaka, dapat juga dengan diskusi dengan para pelaku skripsi maupun orang yang ada pada hal yang berkaitan, dan dapat juga berkonsultasi kepada dosbing. Gue sendiri pun masih berjuang atas skripsi. Semoga aja hasilnya baik dan bisa membanggakan :)
Komentar
Posting Komentar