Sakit rasanya ketka kita harus hidup, namun tidak hidup. Harus bernafas hanya untuk kamuflase diri, memainkan peran baik, meskipun tak seutuhnya jiwa ini baik. Harus berlari diatas banyaknya duri tajam, meskipun kaki beralaskan sepatu emas yang indah.
Begitulah mungkin beberapa kata yang dapat menggambarkan kehidupan banyak orang. Tidak mau terlihat buruk, walaupun jiwa tidak seutuhnya baik. Banyak yang berkata hidup jadilah diri sendiri, ikuti kata hati. Namun, saya yakin tidak semua dapat melakukan itu, banyak dari personal yang tidak dapat mengikuti kata hati, hati nuraninya, kebanyakan dari mereka melakukan itu karena dibawah intervensi orang lain. Siapapun yang melakukan itu, mungkin karena hatinya belum bisa terbebas dari belenggu yang menempel dalam pikirannya, takut untuk melakukan suatu hal murni atas kehendak dirinya sendiri, tak mampu berlari meskipun harimau sudah siap menerkam. Meskipun begitu, tidaklah salah mereka melakukan hal itu, karena setiap orang memiliki hak nya masing-masing atas diri mereka sendiri. Yang pantas untuk diulas hanyalah mengapa mereka melakukan itu.
Dan bagi saya, banyak faktor yang menyebabkan hal itu, bisa jadi karena desakan orang-orang sekitar. Contohnya bagi seorang mahasiswa, banyak dari mereka yang terjerumus didalam bidang yang mereka tidak sukai hanya untuk membahagiakan kedua orang tua mereka, dia tidak ingin melihat kesedihan dari kedua orang tuanya, karena tidak dapat melihat buah hatinya tumbuh sebagai seorang sarjana sesuai keinginan hati mereka, suatu alasan yang bijaksana jika dia mampu bertahan, melakukannya untuk membuat kedua orang tuanya senang. Dibutuhkan semangat besar dan jiwa yang kuat untuk menjalani hal sulit itu, padahal untuk mengarungi dunia pendidikan yang lebih tinggi akan lebih sulit jika tanpa didasari keinginan dan dasar kemauan yang kuat. Orang yang melakukan hal seperti ini, tidak dapat disalahkan, bagi mereka itulah yang menurut mereka baik, sehingga mereka memiliki alasan untuk melakukan itu.
Dalam case yang lain, dalam pergaulan kehidupan sehari-hari, terkadang kita harus berjauhan dengan orang yang sebenernya kita ingin jaga baik hubungannya, namun tidak jarang banyak hal yang membuat hal tersebut sirna, tak lain karena desakan orang lain. Betapa tidak, ketika misalnya ada seseorang yang sangat ingin berteman dengan kita, namun karena citra orang tersebut kurang baik dalam lingkungan kita, memaksa kita untuk menghindar dari orang tersebut. Mungkin bagi orang yang mengalami hal ini, adalah sebuah intimidasi, bagaimana kita harus menjauhkan diri dari satu orang, hanya karena orang tersebut dianggap tidak baik oleh banyak orang, padahal hal tersebut belum tentu benar, dan pandangan orang banyak pun tidak selamanya tepat, apalagi jika hanya menilai seseorang dalam suatu sudut pandang yang umum. Benar atau salah, tetap seorang yang ada dalam dilema ini harus memilih salah satunya, berpihak dalam lingkungan tempat dimana ia bersesosialiasasi, atau mengorbankan yang satu, untuk mengikuti kata hatinya. Tak ada yang pantas untuk disalahkan, karena setiap orang pantas untuk melakukan hal sesuai dengan kehendaknya.
Pada cerita lain pun sama, seseorang yang hidup didalam organisasi misalnya, banyak drama yang terjadi dalam lingkup orang banyak. Berbagai karakter akan hadir dalam suatu kumpulan orang, beragam dari mereka. Tak jarang pun dari mereka ada yang berperilaku tidak benar, dan ironisnya, lagi-lagi terkadang kita harus berpihak kepada apa yang kita pandang tidak benar atau tidak pantas dan jauh dari apa yang kita ingin lakukan. Menyerukan hal yang lain, kita akan mendapatkan pandangan yang berbeda, meskipun hal yang kita serukan baik menurut kita. Kebanyakan orang saat ini menganggap benar atas banyaknya orang yang berada dalam lingkup itu. Seperti suatu kesalahan yang sering dilakukan, sehingga menjadi suatu kebiasaan, dan secara alami kebiasaan itu dianggap benar karena telah sering dilakukan. Bukan hal yang salah juga bila hal itu dilakukan, karena pada dasarnya manusia itu terlahir dengan sifat pelupa. Namun, sangat menyedihkan apabila nilai-nilai kebaikan yang telah dimiliki harus luntur oleh hal seperti itu, melakukan hal hanya kita lakukan agar dianggap baik, menjaga perasaan orang lain, padahal tidak selama melakukan peran seperti itulah yang benar. Ya, tak ada yang patut disalahkan, setiap orang memiliki kehendak atas dirinya sendiri.
Baik menurut pribadi kita, belum tentu baik dari sudut pandang orang lain. Mungkin itulah beberapa cerita dari panggung sandiwara kehidupan ini, adalah hal yang lumrah jika hidup ini penuh dengan persepsi. Setiap orang lahir dengan akal dan pikiran, dimana pikiran melahirkan persepsi, dan banyak orang akan melahirkan banyak persepsi. Tiada yang pantas menilai, kecuali Tuhan yang maha esa. Membeda-bedakan orang bukanlah kapasitas bagi seorang manusia, manusia terlahir bersama dengan egonya. Maka berbuatlah baiklah sehingga Tuhan yang membedakan kamu.
Komentar
Posting Komentar